Semester ini, MK Desain Berkelanjutan di Program Studi Magister Desain diselenggarakan lagi. Seperti biasanya, di minggu pertama pertemuan, mahasiswa diminta untuk menyampaikan permasalahan lingkungan yang (dapat) dipengaruhi oleh desain, baik sebagai penyebab maupun solusi.
Salah satu kelompok membahas tempat sampah umum yang baru dimiliki Bandung beberapa minggu belakangan ini. Diskusi mengenai tempat sampah yang terbuat dari plastik biodegradable ini mencakup hal-hal pro dan kontra terhadap jenis material biodegradable itu sendiri, namun dalam sesi ini lebih banyak dibahas juga dari segi Desain. “Desain” di sini bukan hanya berarti penampilan visual, bentuk, dimensi, dan warna, tapi juga dalam hal usability, operasional penggunaan, persepsi pengguna terhadap obyek itu sendiri, penempatan, dan sebagainya.
Salah satu segi desain yang dibahas di sini adalah operasional membuka-tutup tempat sampah tersebut. Pada tempat sampah ini, orang harus memegang dan mengangkat handle yang terlekat pada tutup tempat sampah bila hendak memasukkan sampah ke dalamnya. Hal ini tidak biasa, karena desain tempat sampah pada umumnya tidak menuntut penggunanya untuk menyentuh tutup atau lubang buangannya secara langsung. Sebab, biasanya, mulut tempat sampah umum cenderung kotor karena tumpahan sampah yang dibuang, atau karena bekas bakaran puntung rokok yang dimatikan di sana. Sehingga, ketika menghadapi tempat sampah Bandung ini, orang yang merasa jijik cenderung harus menciptakan “sampah baru”, dengan cara menggunakan selembar tissue bersih untuk mengangkat handle tersebut sebelum cepat-cepat memasukkan sampah yang akan dibuang (sekaligus lembaran tissue pemegang handle itu) ke dalam tempat sampah tersebut. Akan lebih manusiawi bila terdapat perbaikan desain yang tidak mengharuskan orang untuk bersentuhan langsung dengan handle atau mulut tempat sampah umum.
Hal lain yang dibahas dari segi desain adalah penggunaan kode warna jenis sampah dan icon/ simbol pada tempat sampah tersebut. Bila akan dilakukan perbaikan desain pada tempat sampah ini, kelompok ini mengusulkan agar terdapat perubahan pada grafisnya, yang didahului dengan studi mengenai kode warna dan icon/simbol yang umum dipakai dan dimengerti sebagai kode pemilahan jenis-jenis sampah, namun juga sekaligus lebih akrab dengan masyarakat umum di Bandung/Indonesia sehingga dapat dimengerti dengan lebih tepat, sesuai dengan konteks lokal.
Jadi bagaimana peran tempat sampah ini terhadap isu keberlanjutan? Sebagai langkah awal, tersedianya tempat-tempat sampah di ruang-ruang publik ini mungkin cukup dapat mengajak warga untuk tidak lagi sembarangan membuang sampah ke jalan, taman dan selokan. Sebagai solusi sementara, tempat-tempat sampah ini mungkin ampuh, namun masih ada permasalahan-permasalahan seputar daya tahan, usability, dan visual pada fasilitas ini, yang berpotensi untuk mengurangi daya gunanya di masa mendatang. Artinya, ada banyak peluang dan kontribusi dari segi desain untuk membuat fasilitas ini lebih berkelanjutan.
[youtube http://www.youtube.com/watch?v=–mToeCkCjc]