Irni Resmi Apriyanti
Pernikahan merupakan salah satu bentuk proses kebudayaan, yang tidak dilakukan setiap hari. Proses yang telah disepakati massa sebagai acara sakral, menyatunya dua insan manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu proses menuju pernikahan pada umumnya dilakukan sebaik mungkin, diantaranya mengenai busana pengantin (tradisonal, kontemporer dan modern). Karena pada hakekatnya fungsi busana tidak hanya sebagai penutup tubuh, melainkan menjadi salah satu media komunikasi.
”Kamu bergaya maka kamu ada” merupakan ungkapan mengenai kehidupan manusia yang penuh gaya, tanpa memandang gender, usia, maupun status sosial. Simmel berpendapat bahwa ’arti penting’ perilaku tersebut tidak terletak pada isinya yang khusus, tetapi pada ’bentuknya yang tampil beda, yang membuat orang jadi menonjol’. Hal tersebut menjadikan citra manusia modern ”pesolek” (dandy society) yang mengejar citra visual sesuai yang diinginkan, dan membiarkan mereka menjadi pelaku serta objek konsumsi.
Tidaklah heran, tuntutan akan kebutuhan menutup tubuh, beribadah dan tampil ”cantik” merupakan fenomena dan tantangan bagi desainer dan konsumen untuk menghasilkan karya, berbisnis, dan mengkonsumsi. Fashion dan pakaian merupakan bentuk non verbal dari proses komunikasi, yang mempertukarkan makna dan nilai-nilai, serta apresiasi suatu kelompok dalam mengkontruksikan identitasnya.