Green Roof dan Green Wall

“Greenery” pada Bangunan dalam Isu Desain Berkelanjutan

Kiki Putri Amelia

Cover Majalah Future Arc, edisi Mei-Juni 2014, Green Awards 2014 (Sumber: http://www.futurarc.com/index.cfm/magazine/)

Cover Majalah Future Arc, edisi Mei-Juni 2014, Green Awards 2014 (Sumber: http://www.futurarc.com/index.cfm/magazine/)

Isu mengenai Global Warming (Pemanasan Global) bukanlah hal yang baru bagi kita. Menipisnya atmosfer Bumi, dan perkembangan Bumi serta kebutuhan manusia yang tidak ada habisnya merupakan salah satu faktor mengapa isu ini terus bertahan, bahkan menjadi buruk kian harinya.

Pemanasan global telah menjadi lagu lama yang terus menerus dikumandangkan di banyak media, di seluruh dunia. Salah satu gambaran umum yang sering digunakan pada isu ini adalah fasad bangunan tinggi yang seluruhnya menggunakan kaca. Kaca-kaca tersebut dengan jumlah yang tidak sedikit menyelimuti ratusan bahkan ribuan bangunan tinggi di seluruh dunia, bukan merupakan hal yang remeh dan memiliki peran dalam isu ini. Istilah “Greenery” dalam arsitektur merupakan hal yang tidak asing didengar. Dan istilah tersebut termasuk didalam sebuah upaya konseptual seorang arsitek dalam berkontribusi, pada apa itu yang disebut sebagai sustainable design.

Dalam sudut pandang yang lebih luas, salah satu yang berperan menyumbangkan banyak faktor dari pemanasan global ini adalah bangunan. Bangunan sangat berkaitan dengan arsitektur, karena arsitektur sendiri berhubungan erat dengan lingkungan hidup terutama pada penggunaan energi, air, materi dan ruang. Semua bangunan, low-rise, middle-rise, high-rise sekalipun menyumbangkan peran dalam isu ini, peran tersebut bisa menjadi positif atau bahkan negatif, memperburuk atau membantu mengurangi bahkan mencegah. Peran bangunan sangat menarik untuk dibahas lebih lanjut, bagaimana bangunan tersebut memberikan peran dalam isu pemanasan global ini, peran positif dari bangunan dapat memberikan solusi dari isu ini, contohnya dengan desain yang tidak merusak lingkungan dan ekologi, tetapi juga kreatif, memiliki nilai estetika tinggi, fungsional dan solutif. Desain berkelanjutan merupakan sebuah solusi positif dari seorang arsitek dalam kontribusinya terhadap lingkungan.

Sustainable Architecture

Berbagai upaya pemulihan, tindakan untuk mengurangi, mencegah, dan mengoptimalkan dilakukan dari berbagai aspek yang memungkinkan. Desain berkelanjutan pada bangunan secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu pendekatan desain secara pasif dan aktif.

  • Passive Building Desain

Merupakan pendekatan desain dari sebuah bangunan yang disesuaikan dengan iklim dan lingkungan sekitarnya. Bangunan yang dibangun di iklim tropis haruslah menyesuaikan dengan iklim tropis itu tersebut, hal sederhana yang nampak jelas adalah, penggunaan atap miring pada bangunan, adalah untuk menyesuaikan bangunan dengan curah hujan yang tinggi di iklim tropis.

Contoh Bangunan yang Memperhatikan Potensi Lingkungan Sekitar. (digambar ulang dari David Egan 1975 : 23)

Contoh Bangunan yang Memperhatikan Potensi Lingkungan Sekitar. (digambar ulang dari David Egan 1975 : 23)

Maka dari itu para arsitek dan desainer tidak dapat memindahkan atau mencontoh bangunan dari Negara beriklim subtropis tersebut. Misalnya bangunan di negara subtropis umumnya memiliki bukaan jendela yang tinggi dan lebar, dengan minimnya teritisan sebagai pelindung jendela. Di Indonesia yang memiliki curah hujan yang tinggi, teritasan atau kantiliver merupakan upaya-upaya arsitek untuk memberikan naungan dari sebuah ruang, dan juga penggunaan cross-ventilation pada bangunan merupakan salah satu pendekatan dari desain pasif dari bangunan berkelanjutan. Pada intinya, pendekatan pasif dalam desain bangunan adalah dengan mengoptimalisasi sebuah desain bangunan untuk mengadaptasi dan juga memanfaatkan lingkungan sekitarnya, untuk memiliki peran dalam sebuah bangunan, dengan harapan memnimalisir penggunaan energi dari bangunan tersebut.

  • Active Building Desain

Pendekatan desain dari sebuah bangunan untuk menghemat energi dengan menggunakan teknologi terbarukan (mekanis dan elektrikal). contohnya adalah penggunaan photovoltaic pada bangunan, lampu LED, dan teknologi-teknologi terbaru yang mendukung penghematan energi.

Greenery in Architecture

Kanan: penggunaan greenwall pada fasad bangunan, Cafe Origin Bandung | Kiri: penggunaan greenroof pada bangunan, Perpustakaan UI Depok

Kanan: penggunaan greenwall pada fasad bangunan, Cafe Origin Bandung | Kiri: penggunaan greenroof pada bangunan, Perpustakaan UI Depok

Salah satu pendekatan populer dalam dunia arsitektur adalah dengan penggunaan greenery pada bangunan. Istilah greenery di sini merupakan sebutan dari penggunaan “tanaman” pada elemen fasad bangunan. Tanaman yang digunakan menjadikan pencitraan dari bangunan tersebut, sebagai bangunan yang “Go green” atau ramah lingkungan, digolongkan kedalam pendekatan Passive Building Desain. Tetapi penggunaan tanaman tersebut belum menjamin sebuah bangunan tersebut ramah lingkungan atau mengikuti prinsip sustainable design yang sesungguhnya. bisa jadi elemen fasad tersebut adalah berupa tempelan yang berperan banyak dalam konsep sustainable. dan memang pada umumnya bangunan dengan greenery pada fasadnya umumnya hanya berupa secondary skin yang menghiasi fasad bangunan saja. Menurut Peck (1999) mengatakan dengan penerapan ‘Skyrise Greenery’ berhasil mereduksi suhu sebesar 5,5°C dan dapat mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan untuk AC sebesar 50% sampai 70% dengan mendinginkan suhu udara langsung luar bangunan.

  • Roof garden/greenroof

Roof garden adalah salah satu langkah penghijauan pada bangunan yang diterapkan di atap. Selain sebagai elemen dekoratif, dalam sebuah bangunan komersial green roof dapat menampung fungsi-fungsi yang menguntungkan, misalnya café outdoor, area olah raga, jogging track, mini golf, dan lain lain, ataupun seabagai area urban farmer dan garden. Green roof juga dapat berfungsi untuk menuruni suhu pada ruangan di bawahnya.

  • Vertical garden/greenwall

Vertical garden, istilah yang digunakan pada greenery yang digunakan pada fasad bangunan. Biasanya berupa secondary-skin yang berfungsi sebagai buffer ruang dalam bangunan, untuk mengurangi panas langsung cahaya matahari yang masuk kedalam. Pada bangunan tinggi yang terletak di perkotaan, penggunaan vertical garden merupakan salah satu solusi pendekatan desain berkelanjutan, selain berkontribusi terhadap gi , juga menghasilkan poin tersendiri pada bangunan tersebut. Meminimalisir penggunaan energi dalam bangunan, menurunkan temperatur ruang dalam, sehingga jika tetap menggunakan pendingin ruangan dapat diminimalisir energi penggunaannya.

Penggunaan greenery pada bangunan, dalam skala besar dapat menurunkan temperatur suhu sebuah kota, atau bahkan dunia. Keuntungan pada bangunan dapat disimpulkan di antaranya adalah

  • dari sudut pandang ekologis

sebagai elemen greenery pada bangunan tentunya penggunaan greenery bangunan sedikit banyak memberikan kontribusi pada lingkungan, khususnya mengurangi polusi udara dan dari berbagai riset yang ditemukan, baik greenroof maupun greenwall terbukti dapat mengurangi penggunaan energi pada bangunan.

  • dari sudut pandang teknis

terdiri dari lapisan tanah dan tumbuhan, selain memiliki nilai ekologis dan estetika, greenroof khususnya memiliki fungsi sebagai area resapan. Sehingga bangunan tinggi sekalipun dapat memiliki kontribusi peresapan melalui greenroof tersebut. Sedangkan pada penggunaan greenwall pada bangunan tinggi dapat meminimalisir efek pemantulan cahaya dan panas matahari dari fasad kaca.

Penggunaan dari greenery tergolong dalam passive desain dalam konsep desain arsitektur berkelanjutan, dengan pemanfaatan iklim dan potensi lingkungan sekitar. Dalam sudut pandang arsitektur tropis, Indonesia yang merupakan negara dengan kondisi iklim tropis lembab,  pada dasarnya mendukung akan penerapan desain baik greenroof maupun greenwall pada bangunan. Karena cahaya matahari yang melimpah dan curah hujan yang tinggi maka sangat memungkinkan tanaman tersebut tumbuh  dan berfungsi baik sebagai elemen estetik maupun upaya penghematan energi.

Dalam sudut pandang desain berkelanjutan, penggunaan greenery merupakan salah satu upaya arsitek dalam sebuah konsep pembangunan. Selain sebagai nilai estetik penggunaan greenery juga merupakan upaya meminimalisir energi yang digunakan dari sebuah bangunan. Bangunan merupakan salah satu akibat dari isu pemanasan global yang cukup dominan. Selain tumbuhnya bangunan-bangunan baru setiap tahunnya, dengan penggunaan konsep desain berkelanjutan baik pasif maupun aktif dapat sedikit banyak berkontribusi memperbaiki pemanasan global.

 

Sumber:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *