Kerja Konkret (1/2)

Share this!

Belakangan ini hidup tidak terlalu mudah untuk siapa pun; terutama bagi yang kehilangan keluarga dan teman, kesulitan ekonomi, berusaha bertahan. Dalam segala keterbatasan, pada akhirnya semua memang harus saling membantu sebisanya. Tulisan kali ini hendak mencatat dua hal yang terjadi baru-baru ini, mengenai upaya saling membantu tersebut. Pertama, diluncurkannya Gerakan Bantu Isoman (10 Juli), program dari Forum Bandung BerAKHLAK dan Relawan BerAKHLAK; kedua, sesi diskusi ICCN: Jatim Obah Bareng (17 Juli). Kesamaan kedua acara ini adalah hadirnya Chief Erick Thohir, Menteri BUMN, sekaligus Ketua Harian Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN).

Bersama Uncle Teebob dan Mang Andri Gunawan, Ketua Karang Taruna Kota Bandung

Gerakan Bantu Isoman

Outbreak kali ini memberlakukan kembali PPKM, yang terasa jauh lebih berat, bukan hanya karena kita belum pulih betul sejak outbreak pertama di awal 2020, tapi juga dengan adanya varian Delta. Mayoritas warga yang penghasilannya bergantung dari interaksi langsung, keramaian dan mobilitas tinggi, yang terpapar dan terpaksa isoman, sering tidak punya sumber penghidupan lain. Atas inisiasi Kang Fiki Satari, dengan Karang Taruna Kota Bandung (Karta.bdg) dan Sahabat Uncle Teebob, dilaksanakanlah Gerakan Bantu Isoman. Bersama dengan Bandung Creative City Forum (BCCF), Persib Stones Lovers, XTC Jawa Barat, PT Angkasa Pura II KC BDO, Kimia Farma, Biofarma, Telkomsel dan Lanud Husein Sastranegara, diluncurkanlah Forum Bandung BerAKHLAK di Bandara Husein, 10 Juli 2021. Menteri BUMN Erick Thohir menyempatkan duduk berbincang dengan kami dalam kunjungan kilatnya ke Bandung pada hari itu. Sebelum ini, saya pernah bertemu langsung dengan Chief ET satu kali, hanya untuk foto bareng, waktu saya tunjukkan halaman-halaman graphic diary yang memuat sesi pertemuan waktu itu.

Kami duduk berdiskusi di pelataran parkir Lanud Husein Sastranegara; siang itu hujan baru saja reda, langit masih agak mendung. Chief ET mendengarkan bersungguh-sungguh, menunduk dan sesekali menggeleng pelan, ketika Uncle Teebob (Tubagus Zainal Arifin) memaparkan kondisi terkini. Bagaimana tidak. Yang butuh uluran tangan bukan hanya mereka yang terpaksa isoman tanpa alternatif penghasilan, tapi juga para penggali kubur, misalkan. Kerja siang-malam tak henti tanpa alat yang memadai, bahkan sampai harus menggali tanah dengan tangan (hanya ada lima cangkul, APD pun dikenakan bergantian). Pun ketika Mang Andri Gunawan, Ketua Karta.bdg, menyampaikan tentang warga Karang Taruna sebagai garda terdepan relawan sosial di kewilayahan. Yang dengan sukarela mengurus dan mengantar jenazah ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) ke rumah sakit hingga ke pemakaman. Juga tentang penggalangan dana secara swadaya, perlahan-lahan terkumpul untuk segera dibelanjakan makanan bergizi, vitamin dan obat bagi yang sedang isoman. Mang Andri menyampaikan kekagumannya terhadap Chief ET sebagai pemimpin yang berani terjun langsung ke zona kritis, serta menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya, karena dengan demikian teman-teman dapat merasakan kepedulian negara yang sesungguhnya. “Kami sampai harus melakukan penyemprotan desinfektan di permukiman, meskipun kami tahu bahwa tidak akan terlalu berpengaruh. Tapi suasana asap, penampakan petugas ber-APD, dan sebagainya itu, membangun sense of crisis di tengah masyarakat. Ada rasa urgensi untuk selalu waspada”.

Pertemuan berlangsung di area parkir Lanud Husein Sastranegara.

Setiap kali Chief ET mengangkat wajah, terlihat kilatan matanya, berkaca-kaca. Kata-kata yang pertama diucapkan ketika tiba gilirannya menanggapi, “Saya malu”. Lanjutnya, “Saya berkomitmen, dalam kapasitas dan posisi saya sekarang ini, gerakan ini akan saya dukung penuh, baik melalui jalur pemerintah, maupun teman-teman pengusaha, bahkan dari pribadi saya sendiri”. Kemudian, “(Gerakan ini) jangan hanya beberapa hari saja; lanjutkan setidaknya hingga 3 bulan. Tolong hitungkan berapa kebutuhannya, akan saya upayakan.” Kesungguhannya untuk menindak-lanjuti dengan nyata tampak jelas dari gesturnya ketika berbicara, menatap kami satu persatu, berkontak mata. Siapa pun yang mengalami sendiri saat itu, pasti mengerti: ini bukanlah seorang pejabat yang sedang pidato ke hadirin. Ini adalah penegasan komitmen dari satu orang ke orang-orang lain, yang sedang bersama-sama berjuang untuk tujuan yang sama, dalam posisi dan kapasitas masing-masing. Ini adalah ungkapan empati, sekaligus bukti dari kepemimpinan yang dapat menangani kondisi mendesak dengan tetap tenang, namun taktis. Salut, chief. Teman-teman jelas terlihat terangkat semangatnya, makin gembira dalam berjuang, dan makin teryakinkan bahwa semua upaya ini tidak dilakukan sendirian.

Sebelum mengakhiri sesi diskusi, Mang Andri berpesan, “Pak ET, tolong sampaikan pada yang di Jakarta. Kami ini, teman-teman yang juga hadir di sini, setiap hari mengurus jenazah, mengangkut, menguburkan. Tolonglah, yang di Jakarta jangan membuat gaduh. Sampai minta diistimewakan. Ini benar-benar membuat sakit hati, Pak”. Lanjutnya, “Satu lagi titipan kami, Pak. Mohon dengan sangat, menyampaikan pada para kepala daerah: wali kota, bupati, gubernur. Sekarang ini kondisi sedang darurat, bagai sedang perang. Tolong bilang ke mereka, jangan tutup balai kota. Balai kota seharusnya menjadi markas besar, pusat komando, tapi justru ditutup. Tidak ada arahan. Kami benar-benar dibiarkan mengurus diri sendiri”. Sebelumnya, Chief ET sempat menyampaikan, “Dalam melakukan semua ini, mari kita fokus saja pada tujuan menolong sesama, dengan segala upaya yang kita miliki”. Fokus pada energi positif, pada pihak yang mendukung, pada mereka yang mau bergerak bersama. Memang, akan terlalu melelahkan, bila juga harus menghiraukan hal-hal yang hanya akan menguras energi.

Pertemuan tersebut berlangsung sekejap, tapi mendalam. Meninggalkan kesan dan harapan, bahwa semua seharusnya bisa tertangani dengan baik, bila ada kekompakan. Bila energi diarahkan ke tindakan positif, dan tidak disia-siakan untuk menyalahkan pihak mana pun, atau untuk merasa menjadi yang paling benar. Sejak pertemuan tersebut berlangsung, setidaknya 1,200 paket/hari diantar gratis ke lokasi warga yang harus melaksanakan isoman; bahkan belakangan, jumlahnya mencapai 2,500 paket per hari di wilayah Bandung Raya. Semoga semua senantiasa diberi kekuatan dan ketangguhan untuk menuntaskan marathon pemulihan ini dengan selamat.

*Nama Relawan BerAKHLAK dan Forum Bandung BerAKHLAK terinspirasi dari core value Kementerian BUMN: Amanah, Kompeten, Harmonis, Lokal, Adaptif, Kolaboratif (= AKHLAK)

1 thought on “Kerja Konkret (1/2)

  1. Pingback: Kerja Konkret (2/2) - Tita Larasati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *