Workshop di Magno, Temanggung

Panda dan Artha, mengapit sebuah rambu di 'hotel' tempat kami menginap di hari pertama

Akhir Agustus 2009 lalu, saya bersama empat mahasiswa (Panda, Artha, Radit dan Mei) berangkat ke Temanggung untuk memenuhi undangan Mas Singgih: mengikuti workshop bersama beberapa mahasiswa dari Tokyo Zokei University, Jepang, yang diantar oleh profesor mereka, Fumi Masuda, dan Mie Suzuki dari Open House Inc. Selain kami dari Desain Produk ITB, datang juga Dodi, Nur dan Mufti dari Greeneration Indonesia dan seorang mahasiswa dari Jakarta. Oh ya, ada satu lagi tamu dari jauh: Moryl Mamie, yang sedang melanjutkan studi di UK. Kami yang berangkat dari Bandung sore-sore, tiba dini hari di Temanggung sempat beristirahat dulu di sebuah ‘hotel’, sebelum berangkat ke Kandangan, desa tempat Magno diproduksi.

Sebelum memulai workshop, kami semua dibawa melihat hutan di sekeliling Kandangan, tempat Mas Singgih memperoleh material utama produk-produknya: kayu. Kami melewati beberapa perkampungan, menemui orang-orang yang tinggal di sana, dan melihat langsung baik hutan rakyat maupun milik negara (HTI). Setelah itu, kembali ke Piranti Works, kami berkenalan dengan timnya Mas Singgih yang sehari-harinya berkutat dengan produksi dan pengemasan radio-radio kayu “Magno”.

Kerja kelompok

Workshop dimulai dengan pengantar dari Prof. Fumi Masuda, dilanjutkan oleh Mas Singgih. Tantangan utamanya di sini adalah, membuat produk dari material sisa atau reject dari proses produksi Magno. Material sisa ini sebagian besar adalah berbagai jenis kayu dalam berbagai ukuran dan bentuk komponen produk (radio), yang – menurut Mas Singgih – biasanya berakhir sebagai kayu bakar saja. Padahal volumenya cukup masif. Jadi, dalam workshop ini, diharapkan terdesain produk-produk baru dengan material utama kayu sisa ini, dengan tetap mengindahkan craftsmanship dan prinsip-prinsip desain produk industri.

Para peserta kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari campuran mahasiswa Jepang dan Indonesia. Sebelum makan siang, tiap kelompok telah mendiskusikan kemungkinan produk yang mereka buat, dan setelah makan siang mereka mulai mewujudkan konsep desain mereka menjadi prototype.

Kayu sisa berbentuk lingkaran mini, sedang dirangkai untuk membentuk suatu produk

Siang dan sore itu benar-benar diisi dengan kerja keras: memotong, menghaluskan, merangkai, sekaligus membuat presentasi konsep produk. Menjelang terbenamnya matahari, tiap kelompok maju mempresentasikan produk masing-masing. Malam itu, sekembalinya ke hotel dan setelah makan malam, mereka diminta menyiapkan hasil workshop untuk dipresentasikan keesokan harinya, di akhir presentasi TEDx Temanggung oleh Fumi Masuda dan Singgih S. Kartono.

Produk-produk yang dihasilkan dari sisa kayu produksi Magno hasil workshop ini, meskipun diciptakan hanya dalam satu hari, dapat menampilkan ide-ide segar dan berpotensi untuk dapat dikembangkan dan dimatangkan ke tingkat produksi.

Sebuah seri produk "tempat kartu nama", hasil workshop satu kelompok

Namun hasil dari workshop ini tidaklah sebatas sampai prototype produk saja: waktu perkenalan yang sangat ringkas dan kebersamaan secara intensif selama bekerja yang dialami para peserta telah meninggalkan kesan mendalam, sehingga prototype itu juga merupakan cerminan hasil komunikasi dan kolaborasi dua hingga tiga budaya yang menyatu. Kerja sama seperti ini diharapkan dapat berlanjut, meningkat dan – suatu hari – benar-benar dapat bermanfaat bagi masyarakat lokal.

2 thoughts on “Workshop di Magno, Temanggung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *