Rhily Mahalia Zoro
Apakah kita pernah berpikir, bagaimana jika di masa depan, manusia harus membeli air karena air bersih sulit ditemukan? Bagaimana jika manusia diwajibkan membeli oksigen karena udara telah terkontaminasi? Atau, bagaimana jika lahan tempat tinggal manusia semakin sempit karena sampah yang menggunung? Kekhawatiran yang berkepanjangan akan terus terjadi jika manusia tetap memperlakukan bumi secara tidak adil. Pemanasan global adalah salah satu dampak yang ditimbulkan. Suhu bumi meningkat akibat tingginya karbon di udara yang dihasilkan dari asap kendaraan bermotor. Gas berbahaya tersebut mempengaruhi iklim dan ekosistem di dalamnya. Jika ingin bersikap adil, setiap manusia yang menggunakan kendaraan bermotor, sebaiknya menanam satu pohon sebagai tanggungjawabnya terhadap lingkungan. Tetapi pada kenyataannya, banyak penebangan hutan liar yang terjadi di negara-negara berkembang. Kawasan hutan diratakan untuk pembangunan gedung-gedung
bertingkat, real estate, atau mall. Bahkan terdapat perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan sawit, yang hasilnya digunakan sebagai bahan dasar kosmetik, dimana dalam proses penebangannya, banyak makhluk hidup yang mati dan kehilangan tempat tinggal. Beberapa negara di dunia telah melakukan upaya dalam mengatasi perubahan iklim dengan menandatangani kesepakatan untuk mengurangi emisi yang dihasilkan dari tiap negara. Tetapi, Salah satu negara adikuasa tidak setuju untuk menandatangani kesepakatan tersebut. Mereka lebih baik membayar negara berkembang untuk menanam lebih banyak pohon agar dapat mengurangi dampak pemanasan global. Padahal, emisi yang mereka hasilkan cukup besar dan belum tentu dapat diatasi hanya dengan sekedar membayar negara lain untuk menanam pohon.