[lanjutan dari tulisan sebelumnya]
Sebut saja namanya Ninu. Memang panggilannya begitu, meskipun bukan nama aslinya. Malah dia seringnya pake nama saya, Larasati, untuk kombinasi namanya, jadi begini: Ninu Laras. Ninu ini temen seangkatan di FSRD. Kalau pernah nonton film Koboy Kampus, ingat ada tokoh namanya Ninu? Ya itu dia. Makanya, gak nyangka banget kalau dia sekarang jadi Ketua RW. Kiprahnya di kampung itu lumayan seru, ceritanya bisa jadi satu blog sendiri, sampai kampungnya punya julukan Sekewood. [Aslinya Sekepanjang, tapi karena orang sekampung itu bikin film semua, seperti Hollywood, jadi “Sekewood”. Bebas lah ya.]
Nah, sebagai Ketua RW, Ninu sempat menggalau perihal COVID-19 ini. Awalnya curhat lewat WA soal desinfektan yang disemprotkan ke rumah-rumah. Kenapa? Karena bau/ bikin sesak, warga malah keluar rumah, terus bergerombol, gak jaga jarak. Yang lebih gawat lagi, ketika panik, warga mengoplos “desinfektan” sendiri; yang malah jadi bahaya untuk kesehatan.
Terus Ninu nge-WA lagi, karena punya ide, supaya Pak Gub Jabar mau merekam suaranya, berisi imbauan agar warga mau berdiam #dirumahaja dan jaga jarak, untuk wajib diputar di corong-corong masjid. Sambungnya lagi, seharusnya social distancing harus bisa berjalan dengan baik di Indonesia karena tatanan pemerintahnya berjenjang, hingga ke lingkup terkecil, yaitu area RT. Seharusnya rumah-rumah warga bisa “dikunci” dengan adanya imbauan dan peringatan terus-menerus. Pengawasan seharusnya jadi lebih mudah, dan warga seharusnya bisa jadi semakin sadar akan urgency-nya. Tapi sayangnya hampir tidak ada koordinasi. Pemerintah tidak mengaktivasi peran RT/RW secara maksimal; tidak ada arahan maupun pendelegasian. Sebagai Ketua RW, dia jadi tidak memiliki landasan dalam menentukan kebijakan. Lapisan terbawah seakan dibiarkan mengatur kebijakan sendiri, dan ini sangat membingungkan; berujung ke nggak ngapa-ngapain. Curhatan yang panjang, tapi berisi.
Tak lama kemudian, muncul lagi WA dari Ninu, kali ini berisi inisiatifnya membuat surat edaran. Masih draft, tapi sudah cukup lengkap (saya kopikan di bawah ini). Dia juga tiba-tiba sibuk membuat pamflet dan poster, dan merekrut relawan. Saat ini, saya sambil mengabari juga ke Ninu, bahwa dari pemkot sudah mulai ada instruksi dari sekda untuk instruksi dan mekanisme koordinasi ke kewilayahan. Tapi tampaknya Ninu sedang asyik sendiri dengan merealisasikan rencananya.
Benar saja, di WA berikutnya, proporsi curhat kalah jauh dibandingkan dengan proporsi solusi. Ninu yang sedang senang-senangnya, mengabari bahwa Program Lumbung Ketahanan Pangan Sekewood berhasil! Di tahap awal ini, di luar dugaan, lumbung melimpah karena banyak donatur berpartisipasi; sudah ter-cover 67 KK yang mendapat manfaat dari lumbung ini. Di chat WA bertaburan emoji senyum dari Ninu. Berikut Ini klasifikasi KK yang diprioritaskan sebagai penerima hasil program Lumbung:
-
- Masukan dari para Ketua RT 01, 02, 03 dan 04 yang faham akan kondisi warganya
- Kesesuaian atas data mustahiq (penerima zakat fitrah) dari DKM
- Warga untuk periode awal ini tidak termasuk atau tidak tercantum ke dalam data yang diinformasikan oleh Dinsosnangkis melalui kelurahan dari BDT (Basis Data Terpadu), baik melalui program BPNT ataupun PKH
- Terdampak secara langsung
- Janda tanpa penghasilan, lanjut usia sendiri, yatim piatu, kondisi sakit, terkena PHK, bangkrut
Rupanya Ninu berhasil mengkonsolidasi pengurus kewilayahan dan warganya. Caranya cukup mudah, katanya, melalui surat edaran yang telah disebarkan: para Ketua RT diwajibkan membuat grup WA warga per RT. Semua informasi harus dari satu sumber ini, no hoax, dan warga pun kompak, sehingga situasi menjadi kondusif.

Ninu sebagai Ketua RW saat menerima donasi dari Bapak Pendeta Jan dari Gereja HIT Cicadas
Istimewanya lagi, program ini pun mendorong kolaborasi antara masjid dan gereja, yang juga menjadi pendonor lumbung dalam bentuk uang dan bahan makanan, meskipun semuanya memang dipusatkan di masjid. [Tahukah Anda? Sekewood memang telah menjadi contoh terbaik skala nasional untuk Kampung Toleransi. Bayangkan, di tengah-tengah Bandung/ Jawa Barat yang nilai toleransinya terendah se-Indonesia!]
Ninu, kamu sudah menunjukkan kualitas kepemimpinan di masa krisis, dengan cara yang paling tepat dan efektif. Kamu sudah membuktikan bahwa modal sosial itu penting dan nyata adanya; beban akan menjadi ringan bila ditanggung bersama. Nggak nyangka, ya, segala keisengan dan kenekadan di masa lampau, ternyata adalah latihan bagi ‘keisengan dan kenekadan terencana’ di masa sekarang. Bangga padamu, Nu. Sekarang, mari tularkan caramu ini ke kampung-kampung lain di Bandung, atau bahkan di Jawa Barat, dan lebih luas lagi. Kita memang hanya akan bisa keluar dari masa darurat ini dengan selamat kalau bisa kompak, mau berkolaborasi, berempati, dan saling mengerti porsi dan tugas masing-masing. Semangat!
***TAMBAHAN***
Ada update dari Ninu:
- Sejauh ini posko ketahanan pangan sudah mendistribusikan ke 100 KK di Gelombang 1. Untuk selanjutnya, dibuka mekanisme pendaftaran via daring lewat grup WA Kabar Warga melalui Ketua RT, baik secara langsung mendaftarkan dirinya, atau merekomendasikan tetangganya yang memang nyata terdampak.
- Selanjutnya, status yang terdampak diverifikasi melalui data yang ada, lalu diwawancara secara daring oleh relawan satgas pangan, termasuk validasi KK dan NIK, karena posko ini tidak hanya membantu warga asli RW 11 tapi juga warga pendatang (yang kos atau mengontrak).
- Diedarkan juga surat imbauan untuk para pemilik kontrakan/ kamar kos untuk memberi keringanan pembayaran, karena banyak yang belum mampu membayar, terancam diusir.
- Kampung RW 11 sudah di-fogging menyeluruh dengan mobil penyemprot dan manual berkeliling. Hal ini akibat kedekatan dengan salah seorang anggota dewan, Erick Darmajaya (PSI), yang justru perolehan suaranya di kampung itu nol, tapi ia sudah dekat dengan warga dan kadung sayang pada Sekewood karena toleransi dan kegiatan filmnya.
====[draft di bawah ini masih dalam versi aslinya, tidak diedit sama sekali]====
“SEBELAS BERSATU!”
SATGAS SIAGA covid-19 RW11
1. Grup w.a “KABAR WARGA 11″
Seluruh para ketua RT wajib menghimpun masing” warganya dalam satu grup w.a per rt. Yg disebut grup w.a “KABAR WARGA RT 01”, “KABAR WARGA RT 02”, “KABAR WARGA RT 03”, “KABAR WARGA RT 04″
Pembentukan grup w.a per masing-masing rt ini dimaksudkan sebagai media komunikasi dan informasi. Baik untuk program atau kebijakan yg akan dan sedang dilaksanakan dlm menghadapi covid 19 di rw 11.
Media informasi untuk mengetahui kondisi kesehatan warga dan bila ada yang terindikasi dlm kondisi sakit. Dan info” lainnya
2. INFO WARGA 11
Koordinator himbauan dan arahan melalui corong masjid terutama mengingatkan secara berkala ttg pentingnya diam dirumah saja, menjaga kebersihan diri dan keluarga, dan jadwal penyemprotan.
Yang harus secara rutin terus di gaungkan kpd warga masyarakat rw11.
Memberikan edaran, pamflet, spanduk dsb kepada warga.
3. INFO KESEHATAN WARGA
Mengkoordinasi seluruh tenaga perawat/paramedis yg berdomisili di wilayah rw 11 dlm satu grup w.a yang nomornya bisa diakses oleh para ketua rt untuk mendapatkan arahan bila ada warga yg terindikasi terpapar. Agar tidak salah dalam penanganannya.
Serta tanya jawab masalah kesehatan lainnya.
4. INFO KEAMANAN WARGA
– Dibuat Nomor tlp khusus untuk pengaduan dan laporan warga terkait adanya gangguan keamanan dan kriminal.
– Pembentukan relawan untuk terus berkeliling memonitor dan menghimbau warga agar tetap di rumah saja dgn cara yg persuasif.
– Penutupan tempat” kost untuk tidak lagi bisa menerima tamu/pendatang dari luar
5. LUMBUNG PANGAN WARGA
Menjadikan Masjid sebagai pusat penanggulangan lumbung pangan warga. Membuka dan menerima donasi, mengelola dan mendistribusikan ketahanan pangan u warga yg benar-benar terdampak diakibatkan wabah covid 19 ini. Menggalang dana awal yg berasal dari kas masjid, dana sehat pkk dan dana zis. Untuk selanjutnya membuka penerimaan infaq u ketahanan pangan warga rw11 yg tidak mampu.