Smart City Expo merupakan sebuah rangkaian acara yang berasal dari Barcelona, lalu kemudian diselenggarakan di negara-negara lain; kali ini di Jaipur, India, 26-28 September.
- Saat pembukaan, Muppavarapu Venkiah Naidu, Wakil Presiden India, menghimbau pengembangan layanan yang berpusat pada warga (citizen-centred services), dan bahwa “kota cerdas” memerlukan pemimpin dan leadership yang juga cerdas.
- Internet of Things (IoT) bukan selalu berarti benda-benda baru; melainkan bagaimana dengan fasilitas digital/ berbagai peralatan ‘canggih’ pemerintahan dapat melayani wilayah rural.
- Menurut Wali Kota Barcelona, “Kota Cerdas” adalah yang dapat membuat semakin banyak warga mau menari di jalanan kota. How would “smart city” make more people dancing in the streets of Barcelona?
- Pemerintahan pasti memiliki agenda politik untuk kota. Tantangan untuk pemerintah kota cerdas: bagaimana menyatukan generasi muda dan para pengusaha pemula, untuk memecahkan masalah dan berpotensial mendapatkan penghasilan dari hal terebut.
- Bagaimana karakteristik rekanan antara pemerintah dengan swasta? Harus transparan terhadap open data: siapa yang berhak mengakses, dan bagaimana cara pemanfaatannya; mulai dari bentuk command centre, simpul-simpul inovasi, penciptaan nilai untuk layanan yang lebih baik, hingga menguangkan data individu (dan etika di baliknya).
- 50% pekerjaan di masa depan belum tercipta. Diperlukan ilmu urban dan sekolah mengenai kota untuk mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan ini.
- Digitally-enabled everything: Connectivity, Citizen services, Collaboration in education. Pada intinya, seluruh fasilitas teknologi digital masa kini harus dapat bermanfaat bagi keterhubungan antar manusia, layanan publik, dan kolaborasi dalam pendidikan.
- Pelajaran utama: digital harus berkonteks lokal untuk dapat mentransformasi pemerintahan; partisipasi masyarakat dalam perencanaan masih jauh dari kenyataan; data bukanlah keputusan melainkan dipergunakan untuk efisiensi implementasi (kebijakan).
- Smart Cities 2.0 = learn – unlearn – collaborate – disrupt.
- Kota utamanya adalah mengenai manusia dan makhluk organis lainnya, sehingga solusi juga harus bersifat organis, baik dalam hal teknologi dan sistem, hingga relevansi dan penyesuaiannya dalam konteks yang dibutuhkan.
- Smart Cities atau Smart People? Smart Cities mengacu pada akses terhadap layanan kota yang mendasar, Smart People mengacu pada mengadopsi cara baru dalam berkehidupan.
- Teknologi saja tidak akan dapat menjamin masa depan; perang gagasan bukanlah mengenai memprioritaskan hal yang satu di atas yang lain, melainkan mengenai peluang bagi warga untuk menyuarakan dirinya, untuk didengar, direkam, dan difasilitasi. Inilah “Smart”.
- Tren global yang mengubah lansekap kota: urbanisasi kilat terkait dengan pergeseran ekonomi, perubahan demografi sosial, dan tantangan lingkungan serta keterbatasan sumber daya.
- Smart City bukanlah mengenai permainan teknologi, tetapi bagaimana layanan dapat disampaikan dengan lebih cepat dan lebih murah; untuk menciptakan pengalaman (sebagai warga) yang lebih bermakna, dengan pendekatan berbasis teknologi yang berpusat pada warga.
- Smart City is a journey to more happy, resilient, and liveable cities. Budaya urban menuntut komunitas yang cerdas dan saling terhubung.
Wacana Kota Cerdas yang ditawarkan dalam Smart City Expo di Jaipur ini agak berbeda dari yang diselenggarakan di negara-negara industri maju. Biasanya sebagian besar membahas kecanggihan teknologi dalam sebuah sistem masyarakat yang sudah sangat teratur dan dapat diprediksi, dengan penegakan hukum yang sudah mapan. Kali ini lebih ditekankan pada hubungan urban-rural, dan bagaimana teknologi dan manusia di belakangnya mengarahkan potensi yang ada demi tercapainya kesetaraan sosial.
Gagasan utama ini sejalan dengan konsep DesignAction.bdg (DA.bdg) 2015, ketika tema “smart city” diangkat, sehubungan dengan gencarnya Pemerintah Kota Bandung saat itu menyediakan fasilitas berbasis teknologi digital dan menggunakan platform internet. Sehingga DA.bdg 2015 dengan tema ConnectiCity mengangkat “kota cerdas” bukan terkait dengan kecanggihan alat, melainkan bagaimana alat & potensi yang ada dapat menghubungkan warga dengan pemerintah, warga dengan kebijakan, dan antar warga & komunitas. Semua kembali pada manusianya. [berlanjut…]