Zita Nadia
Jika membicarakan mengenai kuliner, telinga kita sudah tidak asing lagi tentunya dengan Bandung. Bandung dikenal sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia ini, tidak lepas dari tujuan wisata kuliner yang tersebar di kota ini. Mulai dari warung, café, dan restoran yang tersebar di seluruh penjuru kota Bandung. Ada sebuah fenomena kuliner baru yang muncul di tengah-tengah kota Bandung, yaitu fenomena food truck. Food truck mulai marak di Bandung sekitaran tahun 2013, kini food truck sudah menjadi alternatif bagi warga kota Bandung. Akan tetapi, hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah food truck memberikan dampak yang lebih buruk bagi lingkungan jika dibandingkan dengan restoran? Ataukah justru restoran yang memiliki dampak yang jauh lebih buruk bagi lingkungan?
Apakah Food Truck itu?
Food truck atau kedai makanan adalah salah satu cara untuk menjual makanan, dengan menggunakan truck kecil sebagai media untuk berjualan makanan. Food truck biasa berjualan di tempat tertentu selama beberapa saat, mereka bisa dianggap sebagai bisnis kuliner yang menghampiri pelanggan mereka. Food truck berasal dari Amerika Serikat, kegiatan ini sudah berlangsung dari awal abad ke-17. Seiring dengan perkembangan zaman, food truck mulai masuk ke kota besar di Indonesia,pada tahun 2012-2013, food truck mulai bermunculan di Kota Bandung. Ada beberapa food truck yang dikenal di Bandung, di antaranya adalah, Four Speed Nomad, Roti Pagi, Whatever Combi dan beberapa food truck lainnya. Maraknya food truck di Bandung pada saat ini, menjadi inspirasi adanya event Bandung Food Truck Festival pada 27 Februari- 1 Maret 2015 lalu, hal ini menunjukkan bahwa, food truck sudah menjadi salah satu tujuan kuliner bagi warga kota Bandung.
Mana yang Lebih Hemat Energi? Food Truck atau Café dan Restoran?
Jika melihat secara sekilas mungkin kita akan berpikir bahwa food truck akan mengkonsumsi energi yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan café dan restoran. Akan tetapi, perlu kita lihat, food truck memang menggunakan konsumsi bensin sebagai bahan bakar mereka, apalagi di Indonesia masih sulit ditemukan food truck dengan bahan bakar yang ramah lingkungan.Sedangkan untuk café dan restoran menggunakan gas lebih banyak jika dibandingkan dengan food truck. Penggunaan bahan makanan yang digunakan oleh Food Truck atau Restoran dapat mempengaruhi carbon footprint yang mereka punya,semakin banyak variasi menu, dan menu impor yang dimiliki, maka akan semakin besar sumbangan emisi karbonnya. Dalam hal penggunaan listrik dan air, food truck jauh lebih sedikit untuk menggunakannya, karena dari ruangan yang dimiliki oleh food truck jauh lebih kecil karena keterbatasan ruang dibandingkan dengan café dan restoran.
Untuk membuktikan observasi dilakukan dengan 2 food truck ,2 restoran dan 1 café yang memiliki konsep berbeda. Food truck yang diobservasi adalah Roti Pagi, dan Susu Murni Dipati Ukur (SuMur DU). Roti Pagi beroperasi pada pagi sampai sebelum tengah hari, dia memiliki 1 ruangan, tidak menggunakan lampu sama sekali, dan menggunakan kompor 2 tungku. Dalam segi menu, Roti Pagi hanya memiliki 4 menu sandwich dan 3 minuman. Sedangkan untuk SuMur DU, menggunakan kompor kecil, 2 buah lampu,dan hanya beroperasi pada malam hari. Untuk menu mereka hanya memiliki susu dan tidak memiliki menu makanan. Untuk restoran dan café , yang diobservasi adalah Karnivor, Kantin Tong-Tong dan Café DU71-a.
Karnivor memiliki lahan yang cukup besar, setiap meja dilengkapi dengan lilin, dan lampu. Pada saat observasi jam 5 sore seluruh lampu telah dinyalakan. Karnivor memiliki toilet yang terpisah antara pria dan wanita. Untuk menu, ia memiliki lebih dari 10 jenis menu,mayoritas terdiri dari daging, dan terdapat beberapa menu dalam ukuran besar. Karnivor beroperasi dari jam 11.00-21.00. Sedangkan Kantin Tong-Tong memiliki ukuran tempat yang kecil (hanya seperempat dari luas karnivor), tidak memiliki toilet, lampu dinyalakan pada malam hari, karena saat pagi memanfaatkan cahaya matahari. Untuk variasi menuyang dimiliki bernuansa Indonesia. Café DU71-a, sebuah café kecil, namun lebih besar dari kanting tong tong. Terdiri dari area indoor dan outdoor, memiliki 1 toilet unisex, lampu yang ada lebih sedikit daripada yang digunakan karnivor. Hal yang perlu dicermati adalah, setiap meja memiliki colokan listrik bagi para pengunjung. Jika melihat hasil observasi, food truck yang ada jauh lebih hemat dalam soal penggunaan energi, karena restoran dan café memiliki potensi lebih boros energi. Dengan semakin besarnya ukuran restoran tersebut, dan variasi menu yang jauh lebih banyak juga dapat memicu carbon footprint yang jauh lebih besar. Jadi dari hasil observasi dalam soal energi, food truck masih lebih ramah lingkungan.
Limbah yang Dihasilkan Food Truck Dibandingkan dengan Café dan Restoran
Jika membicarakan mengenai sampah, kita bisa memperkirakan dari peralatan makan dan jumlah pengunjung yang datang. Roti Pagi menggunakan tatakan kayu yang diberikan kertas tipis dan gelas kertas, tatakan kayu bisa digunakan kembali namun sisanya harus dibuang, jumlah pengunjung tidak terlalu banyak. SuMur DU, menggunakan gelas dan sedotan. Gelas kaca dapat digunakan berulang kali, dan jumlah pengunjung cukup banyak. Kantin Tong tong, Karnivor dan DU71-a, semuanya menggunakan peralatan makan yang bisa digunakan kembali, sehingga mengurangi jumlah limbah, ketiga tempat ini ramai didatangi, namun yang paling ramai adalah Karnivor. Jika melihat sekilas dari segi alat makan, restoran jauh lebih baik karena menggunakan peralatan makan yang dapat digunakan kembali, namun limbah makanan akan bertambah banyak seiring dengan banyaknya jumlah pengunjung yang datang, dan restoran jauh lebih berpotensi memberikan limbah yang lebih banyak.
Jadi,Manakah yang lebih Ramah Lingkungan? Dan Solusi Desain Apa yang Dapat Ditawarkan Untuk Menjadi Lebih Baik bagi Lingkungan?
Dalam segi penggunaan energi, dari hasil observasi food truck dapat dikatakan lebih hemat dari restoran, apalagi jika restoran tersebut berukuran besar dan ramai. Ramah lingkungan atau tidak, industri makanan sangat bergantung dari konsep yang dimiliki. Restoran, café dan food truck memiliki potensi untuk menjadi sebuah industri yang lebih ramah lingkungan, industi kuliner dapat menerapkan beberapa hal berikut untuk mengurangi dampak buruk pada lingkungan, seperti:
- Menggunakan packaging yang mudah terurai dengan alam.
- Menggunakan bahan bakar seperti biodiesel, bahan bakar alternatif atau mobil dengan menggunakan tenaga solar (diperlukan desain yang seksama agar fitur ini dapat digunakan dengan optimal).
- Menggunakan lampu LED untuk sumber penerangan.
- Menjual produk-produk lokal dan organik.
Akan tetapi semua solusi di atas baru dapat berguna, jika menerapkannya bersama-sama, tidak sendirian. Ingat, jika bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga lingkungan kita?
Sumber dan Berita Terkait
http://gracelinks.org/blog/696/can-a-food-truck-be-green-in-a-word-yes
http://www.sciencedaily.com/releases/2014/08/140816204549.htm
http://www.treehugger.com/green-food/ask-pablo-are-food-trucks-greener-than-restaurants.html
http://www.citylab.com/design/2013/02/are-food-trucks-worse-environment-storefronts/4538/
https://stage.la-lights.com/lifestyle/mengenal-sejarah-food-truck-1410319.html
http://m.detik.com/travel/read/2015/02/27/185025/2845356/1382/wisata-kuliner-akhir-pekan-di-bandung-ada-food-truck-festival